Selasa, 03 Desember 2019

Nemu Jodoh Di Wediombo


Di tepi pantai Wediombo, kunikmati pemandangan indah yang penuh keceriaan dari para pengunjung yang datang. Ditemani sekaleng minuman soda aku memerhatikan raut bahagia dari beberapa pasangan tengah tersenyum sambil menikmati keindahan pantai bersama pasangannya.Mendadak, aku terpikir akan diri sendiri, yang sampai saat ini belum juga memiliki pujaan hati. Bukan berarti aku tak diminati, mungkin jodoh belum menepi, karena memang aku sedikit pemilih.Hihi, aku tertawa geli.Menertawakan diri sendiri yang bisa saja jomblo hingga kiamat nanti.

Pikiranku jauh sekali, apa aku prustasi?Tiba-tiba seseorang menghampiri dan duduk di sebelahku tanpa permisi. Aku menolehnya dengan sedikit kerutan di kening. Tetapi, perempuan itu membalasnya dengan senyum ramah yang membuat amarahku sirnah."Kursi ini ada orangnya, Mas?"Pertanyaannya yang mendadak seakan membuat bibirku keluh. Aku tak bisa bicara sepatah katapun, hanya mengelengkan kepala saja."Kirain ...," lanjutnya, dengan nada yang santai seolah kami sudah lama saling kenal."Kirain apa?""Kirain lagi sama pacarnya," ucapnya menggoda."Pacar? Haha, mana adalah. Lagian, cewek mana sih yang mau sama ak--" mendadak aku tersadar, ucapanku akan membongkar identitas kejombloanku.

Ia tersenyum, kemudian bertanya. "Mas, orang Jogja?""Bukan. Aku dari Sumatra.""Loh, terus ke sini ngapain, kerja atau ketemu keluarga?""Jogja itu kota beragam budaya dan penuh akan kekayaan serta keindahannya. Siapa saja pasti ingin berada di Jogja."Ia menatapku sambil tersenyum. Mungkin karena jawabanku barusan. Aku balik bertanya kepada perempuan manis di sebelahku itu. "Kamu sendiri, tinggal di sini?""Nggak. Aku ke sini cuma liburan," jawabnya.

"Sendiri?""Bareng Sepupu, itu! Yang lagi main air," ia menunjuk ke arah pasangan yang sedang gembira bermain bersama kedua anak laki-laki mereka."Udah berapa hari di Jogja?""Hmmm, hampir satu minggu. Rencananya besok mau balik ke Padang."Entah kenapa jawabnya seolah membuat sedikit kegelisahan di hati. Padahal kami baru pertamakali ketemu. Harusnya aku tak begitu peduli, tetapi nyatanya aku seakan tak ingin ia pergi.

"Mas, kok bengong?!""Ah, nggak. Cuma kepikiran sesuatu aja," jawabku menyelipkan senyum di akhit kalimat."Boleh pinjem handphonenya?"Kuberikan ponselku kepadanya. Kulihat ia mengetik sesuatu. Sepertinya ia meluliskan nomor telponnya untukku."Kalau ada waktu, Mas bisa chat aku. Udah ada di kontak tuh! Cari aja, Luci," ujarnya lalu berdiri, "aku tinggal dulu ya, nanti kakak nyariin, kasian kalau sampek mereka muter-muter. Hehe," lanjutnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan aku.

Sejak saat itu aku dan Luci sering chatting dan telponan. Bahkan tak jarang kami video call untuk melepas kerinduan mendalam. Meski kami terbilang sudah sangat dekat, bahkan jika orang yang melihat dan beranggapan tentunya mereka akan berkata kalau kami pacaran. Akan tetapi kenyataannya, kami tidak pernah mengatakan perasaan. Walau sebenarnya, aku sangat menyukai Luci.Namun, di suatu kesempatan yang telah kami janjikan. Aku akan menatap wajah Luci yang berdiri tepat di hadapan, bukan melalui layar berukuran lima inci lagi.

Sore itu, Luci mengirim pesan berisikan: Mas Danu, aku tunggu kamu di tempat pertamakali kita ketemu.Kami yang sudah membuat rencana jauh-jauh hari untuk berlibur di Jogja sekaligus bisa ketemu lagi akhirnya bisa terwujud. Sore itu aku bergegas menuju Pantai Wediombo dari penginapan tempat di mana tadi malam aku beristirahat.

Sesampainya di pantai, aku melihat seorang perempuan dengan baju yang sama dan di tempat yang sama, duduk sendiri sambil menikmati keindahan yang dimiliki Wediombo. Di tempat itulah pertamakalinya aku menjumpai Luci.Tidak ingin membuat ia menunggu lama, aku segera menghampiri Luci. "Maaf, membuatmu menunggu," ujarku tiba-tiba duduk di sebelahnya.

Ia tertawa, kemudian berkata. "Yang lama itu, menunggu Mas Danu nyatain cinta."Aku tersenyum, lalu memeluknya sambil membisikkan kalimat. "Aku mencintaimu. Secepatnya aku akan hallalkan kamu."Ia memelukku erat seakan tak ingin aku jauh dari dirinya lagi. Di Pantai Wediombo aku menemukan Luci yang kini menjadi kekasih, sekaligus mengakhiri petualanganku mencari sang pujaan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar