Selasa, 03 Desember 2019

MY GUARDIAN GHOST


Aku masih mengingat dengan jelas saat ayah mengatakan padaku bahwa aku akan memiliki ibu tiri dan dua saudara tampan yang gagah dan berani. Aku bahagia. Dan aku juga ingat perkataan ayah bahwa dua saudara tiriku mampu menjagaku kelak. Namun, ekspektasi memang tak seindah realita. Soal ibu tiriku, dia memang baik hati mirip seperti sifat almh. Ibuku, tapi tidak dengan kedua anaknya. Mereka tidak lebih dari pria brengsek dan berotak selangkangan.“hah, kenapa hidupku jadi seperti ini?” gumamku miris. Aku tidur terlentang sambil menatap langit-langit kamarku yang bernuansa serba putih. Dua kakak tiriku itu memang tampan, gagah dan berani seperti kata ayah, tapi ada satu hal yang ayah tidak katakan padaku atau mungkin ayah tidak tau bahwa sifat brengsek dan mesumlah yang mendominasi mereka.Tok Tok Tok

Aku tersentak saat mendengar suara ketukan pintu. Aku menatap pintu kamarku cukup lama. Aku memang selalu mengunci kamarku saat sedang berada dikamar, itu semata-mata aku lakukan agar kejadian saat kakak tiriku menerobos masuk dan hendak melecehkanku tidak terulang kembali.“siapa?” Tidak ada jawaban. Aku mengernyitkan dahiku bingung.Tok Tok TokAku menelan ludahku susah, aku bangkit dan turun dari ranjang dengan perlahan aku melangkahkan kakiku menuju pintu kamarku.‘siapa?” tanyaku sekali lagi. Dan tetap tidak ada jawaban. Aku memutar knop pintu perlahan.“hah?”

Saat aku membuka pintu tidak ada siapapun, padahal aku yakin sekali ada yang mengetuk pintu kamarku. Oke ini sedikit menyeramkan, sejak kapan rumah ku, eh ralat rumah ayahku ini berhantu. Saat aku melihat sekeliling kakiku merasa menginjak sesuatu.“eh?” aku mengambil benda itu, ternyata sebuah kalung berbandul segitiga yang ditengahnya ada lambang untuk gender laki-laki. “kalung yang....aneh,” aku meneliti kalung itu. “tapi, juga unik. Kira-kira ini punya siapa yah?”Aku mengendikkan bahu acuh lalu masuk kekamar. Aku membanting tubuhku kekasur sambil menatap kalung aneh yang baru aku temui.“oke, sudah diputuskan kalung ini menjadi milikku.” Lalu aku memakai kalung itu dan mengambil posisi untuk tidur.Pagi hari yang tidak lagi damai..“feli!!! Buka pintunya!!! Fel!!”

Aku terlonjak bangun saat mendengar suara gedoran pintu dengan kasar. Aku mengusap wajahku frustasi. “pasti minta bikinin sarapan,” gumamku sambil menatap malas pintu kamarku yang tertutup rapat.“lalu apa gunanya para pembantu dipekerjakan dirumah ini?!” “iya ka!”“cepat bangun, aku lapar siapkan sarapan!!” titahnya dari luar.“hmm,” balasku dengan deheman keras. Aku bersiap, setelahnya aku turun kebawah. Aku melengos begitu saja begitu melihat kakak tirku sedang duduk dimeja makan sambil memainkan ponsel mereka.“aku ingin roti bakar selai coklat dan kacang.” Ucap Axel.“aku juga ingin roti bakar selai kacang dan strawberry.” Ucap Devan.“Dan gak pake lama!!” seru mereka bersamaan.Aku meniup poniku. “iya.”

Aku segera menyiapkan pesanan mereka. Dengan cepat dan tidak pakai lama tentunya. Saat menunggu roti matang, aku berjengit kaget saat ada sepasang tangan yang cukup kekar meemelukku dari belakang. “ka lepas!!” pintaku sambil berusaha mengurai tangan dipinggangku.“berisik! Udah kamu bikin aja rotinya, gak usah banyak protes.” Ucap ka Axel. Dan saat ka axel akan berbuat yang lebih jauh lagi, tiba-tiba saja...duk“awh!” ka axel berteriak saat tiba-tiba saja kepalanya tertimpa toples kaca.Aku mengernyit heran, bagaimana bisa toples kaca itu menimpa kepala ka axel. Dengan panik aku menghampiri ka axel. “ka axel!” Aku duduk termenung di atap sekolah. Aku masih memikirkan kejadian tadi pagi.“kok bisa yah? Apa sekarang rumah ayah ada hantunya, masa gak ada angin gak ada hujan toples bisa jatuh sendiri.” Kataku sambil menatap langit biru.

Tiba-tiba aku teringat dengan kalung aneh yang semalam aku temui. “ini kalung siapa yah?” aku mengusap lambang kalung itu pelan. “itu kalung milikmu,” Tubuhku menegang saat mendengar suara berat pria. Aku melihat sekeliling dan tak mendapati siapapun selain aku disini. “setelah rumahku eh rumah ayah yang berhantu, sekarang sekolah ini juga berhantu begitu?” aku memeluk diriku sendiri dan melihat sekeliling dengan was-was.“kamu jangan takut, aku gak gigit kok,”Dan seketika aku berteriak histeris lalu berlari menuju pintu, tapi tiba-tiba saja pintunya tertutup sendiri. Aku panik.“ya tuhan lindungi aku dari godaan setan terkutuk.”

Doa ku sambil berkomat kamit tidak jelas. Aku menutup mataku berdoa meminta keselamatan pada tuhan, dan saat aku membuka mataku kembali,“huaaaa!!” teriakku kaget sambil berjalan mundur. Bagaimana tidak? Saat aku membuka mata akumelihat wajah pria manis berada dalam jarak dekat dengan wajahku.“siapa kamu? Jangan ganggu aku. Aku anak baik-baik,” “kamu takut sama aku? memangnya aku menakutkan ya?” tanya pria itu dengan memiringkan kepalanya.“kamu manis kok,” ucapku tanpa sadar.Dia tersenyum manis. “nama aku Reynand,” Aku masih menjaga jarak dengannya. Ini gila aku berbicara pada..... arwah.Hah arwah?!!“huaa, kamu makhluk astral!!” teriakku lagi saat aku melirik kearah kakinya yang mengambang alias tidak menapak ditanah.

Reynand memutar bola matanya. “aku bukan makhluk astral tau, aku makhluk hidup yang kontrak hidupnya sudah habis,” “sama saja!” ucapku dengan nada sedikit menyentak.Reynand terbang mendekat. Hah? Terbang?“ka-kamu bi-bisa ter-terbang?!” tanyaku tergagap.“tentu saja aku bisa, aku bisa melakukan apapun yang aku mau,”Aku terus berjalan mundur saat Reynand terus mendekat kearahku.“kalau kamu terus mundur-mundur seperti itu, kamu akan terjatuh nanti.” Kata reynand mengingatkan.

Aku teringat sesuatu. “kamu ingin kalung ini kan?” tanyaku, lalu dengan gerakan cepat aku melepas kalung aneh itu. “ini aku kembalikan padamu, kamu jangan ganggu aku lagi.” Aku menyodorkan kalung itu pada Reynand.“kalung itu milikmu, cia. Itu kalung pemberian ibumu, dan aku ditugaskan untuk melindungimu sampai kamu merasa bahagia dan hidup dengan tenang.” Aku duduk dikursi belajarku dan menatap Rey yang asik beterbangan kesana kemari dengan seksama.“jadi, kamu yang nyelamatin aku waktu ka Axel melecehkan aku?” tanyaku.

Rey mengangguk. “sebenarnya sudah lama aku memperhatikanmu dan menjagamu dari jauh tanpa mau menampakkan diri, tapi semakin hari aku merasa kamu cukup menderita akibat kemesuman kakak tirimu itu jadi, aku memutuskan untuk menampakkan diriku padamu dan melindungimu secara terang-terangan tanpa bersembunyi lagi.” Jelas Rey panjang lebar.“tapi aku masih penasaran denganmu, bagaimana bisa kamu mengenal ibuku dan menjadi pelindungku?”Rey dengan tiba-tiba berdiri disebelahku. “ini akan jadi cerita yang panjang, kamu yakin mau dengar?”Aku mengangguk. “baiklah. Jadi, begini ceritanya.

Waktu itu aku sedang mengendarai motorku menuju kampus tapi saat di perjalanan aku mengalami kecelakaan, dan ibumu menolongku. Kalau saja pada saat itu aku tidak ditolong oleh ibumu mungkin aku sudah mati.” “lalu kamu mati karena apa?”“aku sangat berterima kasih pada ibumu,”Aku mendengus saat reynand tidak menjawab pertanyaanku.“pada saat itulah ibumu memintaku menjagamu dan aku menyetujuinya.” Kata reynand.“jadi, kamu sudah menjagaku sejak kamu masih punya kontrak hidup?” aku menganggukkan kepalaku mengerti. “lalu?”“awalnya aku juga bingung kenapa ibumu mempercayaiku untuk menjagaku padahal kami tidak saling mengenal. Lalu ibumu memberi tahuku semua tentang dirimu. Semuanya. Dan selama beberapa hari setelahnya ibumu meninggal.”

Aku menangkap nada sedih dari ucapannya. “dan beberapa bulan setelah ibumu meninggal, aku pun meninggal.”“ibuku meninggal kurang lebih 2 tahun yang lalu, itu artinya kamu juga meninggal 2 tahun yang lalu?” Reynand mengangguk. “aku meninggal karena terpeleset kulit pisang,”Aku membulatkan mataku lalu sedetik kemudian aku tertawa terbahak-bahak.“hah, kamu mati karena kulit pisang? Itu artinya kamu mati konyol, dong.” Ucapku saat tawaku mereda“apa yang kamu tertawakan, kematianku itu sama sekali tidak lucu tau.” Ucap rey merajuk.

“kamu selamat dari kecelakaan tapi kamu meregang nyawa karena kulit pisang, hahahaha percayalah itu konyol rey,” “aku terpeleset di pinggir trotoar dan aku jatuh kedepan bersamaan dengan itu mobil melintas dan begitulah..” rey mengangkat bahunya acuh. Aku manggut-manggut sambil berusaha mengontrol tawaku.Ternyata rey tidak seburuk yang aku pikirkan. Sebagai hantu dia cukup manis dengan memiliki badan yang bagus dan proporsional.Aku memukul-mukul bahu ka Devan yang hendak menciumku, saat aku sedang tertidur aku lumengunci pintu sehingga ka Devan dengan seenak jidat menerobos masuk dan melakukan perbuatan yang ‘iya-iya’padaku.

“Ayah tolong!! Ayah!!” “ayah sedang pergi, bodoh! Sudah gak usah banyak omong, kamu mau aku panggil ka Axel juga, heh?” ancam ka Devan. Aku menggelengkan kepalaku. Air mataku mulai menetes. Dan dalam hati aku memanggil nama Rey.Aku memejamkan mataku dan tak berapa lama aku tidak merasakan berat tubuh ka Devan. Saat aku membuka mata, aku melihat ka Devan sudah terkapar pingsan dilantai.“maaf terlambat, kamu gak papa, kan?” tanya Rey dengan khawatir. Aku menggeleng lalu bangun dan hendak memeluk Rey, namun tidak bisa.Rey memandang sendu diriku. “Aku arwah, kamu lupa ya?”

Aku tersenyum miris. “aku lupa, rey. Omong-omong apa yang kamu lakukan dengan ka Devan?”
Rey tersenyum misterius. “Rahasia.”“dasar setan menyebalkan!” cibirku.Sejak kejadian ka Devan yang gagal dalam melancarkan aksinya, mereka jadi semakin gencar. Dan puncaknya pada malam itu. Malam paling mengenaskan sepanjang sejarah hidupku. Aku sedang membuat sarapan seperti biasa untuk kakak tiriku yang tampan tapi mesum kuadrat. Dan saat sedang membuat sarapan, tiba-tiba saja mulutku dibekap dari belakang dan seseorang yang aku tau itu ka Axel membawaku menuju kamarnya.

Aku memberontak tapi percuma. Kulihat dikamar ada ka Devan juga.“matilah aku,”batinku panik.“ya tuhan tolong aku. rey tolong aku.”“mampus, sekarang siapa yang mau nolong kamu.” Ucap ka Devan.Ka Axel melemparku ke kasur dan bersamaan dengan itu lampu mendadak padam.“pake mati lampu segala lagi,” kata ka Devan kesal.“ayah belum bayar listrik apa sampe listrik kita dimatiin?!” kata ka Axel. “pemikiran macam apa itu ka,”Dan mendadak suasana hening. Aku tidak mendengar suara lagi. Tubuhku bergetar ketakutan. Lalu lampu menyala kembali dan aku melihat Rey berdiri dengan wajah mengeras karena emosi. Pandanganku kemudain beralih pada ka Devan dan ka Axel yang terkapar pingsan dilantai.

“Rey!” panggilku lirih. “aku.....takut.”Sedetik kemudian aku merasakan aura dingin melingkupi tubuhku, aku mendongak dan mendapati Rey sedang memelukku.“ka-kamu bi-bisa me-melukku? Ki-kita bisa bersentuhan?”tanyaku pelan.“aku bisa memelukmu dan menyentuhmu, tapi kamu tidak bisa.”“kenapa?”“takdir mungkin,” Rey tertawa pelan. Dia mengusap rambutku dengan sayang. Keesokannya, aku mengadu pada ayah dan ayah langsung mengasingkan mereka ke luar negeri untuk sekolah disana. Ibu tiriku juga tak kalah murkanya dengan ayah. Dan hari itu aku bisa bernafas lega karena penderitaanku sudah berakhir.

Genap setahun kejadian itu terlewat. Aku bahagia. Tapi, disatu sisi aku juga sedih. Rey menghilang begitu saja, dia menghilang tanpa sepatah katapun terucap. Dan setelah itu, aku jadi sering pergi keatap sekolah hanya sekedar berharap bisa bertemu dengan Rey. “Rey!” aku menundukkan kepalaku, tak terasa air mataku menetes. Aku menangis. Aku menangisi arwah.“dasar cengeng!” Aku tersentak kaget dan mendongakkan kepalaku. “REY!!” pekikku senang. Rey tersenyum manis. “merindukanku yah?” goda rey sambil tersenyum jahil.Aku mengangguk malu-malu.

Tau-tau Rey sudah ada didepanku dan mengelus rambutku dengan sayang.“aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal.” Kata Rey pelan.Aku terdiam sesaat. Aku baru ingat, dia punya misi untuk menjagaku dan membuatku bahagia tapi aku tidak tau bahwa setelah itu dia akan meninggalkanku.“kita tidak akan bertemu lagi, yah?” tanyaku dengan suara parau.“tugasku sudah selesai, cia,” Rey tersenyum. “aku harus pergi, pergi ketempat dimana seharusnya aku berada.”“apa aku harus menderita dulu supaya kamu tidak pergi?” Rey menggeleng. “kamu nyiksa aku kalau gitu,”“jangan pergi,”

Aku merasakan tangan dingin mengusap pipiku yang basah karena air mata.“aku harus cia, masaku di dunia ini sudah berakhir dan misiku pun sudah selesai. Jadi....aku harus pergi.” “kalau aku bilang aku sayang sama kamu, kamu bakal tetep disini?” Rey menggeleng. “aku juga sayang sama kamu, cia. Bahkan perasaan ini muncul sejak lama, sejak aku masih bernafas bahkan saat nafas ini sudah berhenti aku masih menyimpan perasaan ini.”Tangisku makin menjadi. Tubuh Rey berangsur transparan dan sentuhan tangan dinginnya dipipiku perlahan memudar“sudah saatnya, cia.”

Aku menggeleng sambil terisak, berusaha menyentuh Rey tapi tidak bisa.“Terima kasih sudah pernah hadir dihidupku dan memberikan warna pada hidupku baik sebelum dan setelah kematianku. Aku bahagia bisa menjadi pelindungmu meski hanya sesaat. Jangan lupakan aku, cia. Selamat tinggal.” Kata Rey. Dan Rey benar-benar lenyap dan menghilang.“Rey..... terima kasih juga telah menjadi pelindungku, menjagaku dan menyayangimu. Aku berjanji tidak akan melupakanmu. Selamat tinggal.” Aku menyentuh kalung dileherku dan tersenyum.2 tahun kemudian...Aku melangkahkan kakiku dengan ringan ditrotoar, kepalaku mengangguk-ngangguk mengikuti alunan musik dari earphone yang menyumpal telingaku.

Dua tahun sudah aku hidup dengan damai dan bahagia, yah meskipun tidak benar-benar bahagia, jujur aku masih menyukai rey arwah pelindung yang tampan dan juga manis."aku berharap bisa bertemu lagi denganmu, rey." Aku berhenti berjalan, mataku menatap lurus kedepan. Jantungku berpacu cepat.Tidak mungkin..."Reynand?" Diarah yang berlawanan denganku, aku melihat Reynand. Dia berjalan dengan cepat sambil menahan senyumnya. Matanya menatapku. mungkin..aku tersenyum. apa ini nyata? itu benar Reynand Alexi.apa ini reinkarnasi? atau dia terlahir kembali?

Bodoh!! Itu mustahil..saat aku akan membuka mulut hendak memanggil namanya. Muncul seorang gadis berparas cantik memeluk lengan Rey, dan saat itu senyumku memudar dan aku kembali mengatupkan bibirku. "hah?" Mendadak hatiku nyeri dan sedikit sesak. Rey dan gadis itu nampak bahagia, mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Dan hatiku mencelos saat mereka melewatiku begitu saja."kenapa pertemuannya harus seperti ini?"Aku berbalik dan menatap punggung Rey dan gadisnya dengan sendu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar