Selasa, 03 Desember 2019

Erda si anak yang malang


Merenung, Erda berpikir kenapa ia tidak menemukan teman perjalanan baru selain Aurelia, wajahnya tetap tenang, tidak ada rasa bersalah ataupun kecewa sedikitpun. Siang dan malam terus bergantian, menyenangkan para pemilik jiwa di bawah cahaya dan temaramnya. Aurelia menawarkan diri kepada Erda untuk melakukan perjalanan jauh melintasi tiga kota, sebuah kota jauh disana, dalam perjalanan Aurelia bercerita mereka akan ditemani kawan Aurelia yaitu Odium dan Aemulor, mereka adalah sepasang kekasih yang tak terpisahkan. Keduanya memiliki kesamaan watak dan merasa sangat menyatu.

Kereta melaju di tengah derasanya hujan, dentumnya sangat keras karena tiada siapapun di dalam kecuali mereka berempat, ya Erda, Aurelia, Odium, dan Aemulor. Kereta ini memang tidak ada masinis, sebuah teknologi mutakhir yang sudah tidak perlu lagi diperdebatkan. Mereka duduk berhadap – hadapan di atas kursi – kursi kayu kereta api. Barangkali dari kayu merbau, karena teksturnya yang kuat dan keras. Bau kereta ini menyenangkan, air hujan yang jatuh ke tanah seakan masuk kedalam kereta melalui rongga – rongga kereta, bau nya sangat harum dan menenangkan. Erda bercerita tentang kecintaannya terhadap hujan.

“Aku menyukai hujan sebagaimana aku menyukai diriku, ia adalah sumber dari segala sumber, hujan adalah rahmat yang tidak ada habisnya. Lihat kedatangannya, disambut hangat oleh awan yang menghitam dan gemuruhnya yang ceria namun mencekam. Semua harus tunduk akan kedatangan hujan, banyak dari mereka yang ketakutan, menghindar dan menyembunyikan diri, tapi mereka yang suci akan mendatangi hujan dan mengajaknya bermain bersama. Sedang kita ini? Munafik sekali! Menikmatinya tanpa mau menyentuhnya. Tapi lihat hujan tak pernah marah walau kita berlaku demikian, ia tetap menumbuhkan tunas tunas itu, memberi minum dan penghidupan bagi semua yang ada dibawahnya”

Erda bercerita sambil melihat keluar jendela, betapa indahnya hujan di sore hari itu.Odium adalah seorang yang selalu menebarkan kebencian, sedangkan Aemulor ialah seorang yang selalu iri terhadap apapun. Mereka berdua adalah pasangan paling serasi kebejatannya. Entah bagaimana Aurelia bisa berteman dengan mereka, barangkali memang benar bahwa Aurelia adalah kehidupan yang senantiasa bahagia, ia tak akan menjadi kelam hanya karena bertemu dengan Odium dan Aemulor. Aerulia pasti memilki cara pandang yang menyenangkan dalam menghadapi mereka.

Mereka berempat mulai berbincang panjang mengenai perjalanan mereka dari awal sampai mereka bisa bersatu di kereta yang sama, Erda menceritakan pertemuannya dengan banyak orang namun mereka memilki kesamaan yaitu berpisah secara tidak wajar. Odium dan Aemulor bercerita telah membantu para lelaki yang ingin terbebas dari istri – istrinya, mereka bersiasat menimbulkan kebenciannya antar keduanya, hingga banyak sepasang suami istri yang memilih untuk berpisah dan tidak akan bertemu lagi.

“Hai Erda adakah kamu tidak merasa iri dengan Aurelia, ia sangat baik, ia bahagia, aku tak pernah melihat kesedihan dari raut muka nya. Bukankah itu sebuah kemustahilan dimilki manusia? Lihat dia tidak bisa menghilang seperti orang yang kamu temui sudah sudah, kenapa bisa demikian?Seharusnya kamu curiga barangkali, bukan kau penyebab mereka hilang tapi Aurelia lah yang menyebabkannya, coba lihat raut mukanya, ia tetap tenang walaupun kawan – kawannya hilang? Kau tak curiga sama sekali” ucap Odium dengan santainya, Erda menatap lekat Aurelia, tapi seperti biasa Aurelia hanya tersenyum.

Aemulor menambahkan, “Dan barangkali Erda, Errol seorang pengembara itu sengaja Aurelia hilangkan, agar dia tidak akan bertemu dengan mu lagi, bukankah kau bilang pertemuan Aurelia dan Errol sangat mengharukan, kau sepatutnya curiga mereka ini bukanlah kawan biasa”.
Erda hanya diam membenarkan tempat duduk, matanya menatap tajam Aurelia, mulutnya terbuka, “Benar begitu Aurelia, kau menghilangkan semua kawanmu? Untuk apa? Agar aku tak ada kawan? Hingga kau sampai hati menghilangkan Errol? Seseorang yang menyenangkan dengan berbagai ceritanya?

Agar aku tak dapat lagi berjumpa dengannya? Apakah kau ini sebenarnya tau semua apa yang terjadi? Kau selalu bahagia dan tersenyum, mana ada manusia biasa yang selalu bahagia melihat duka di depannya? Apakah kau ini benar – benar kawan ku?”Aurelia hanya tersenyum, “Adakah kau tangkap kebohongan dalam wajahku? Sedikit saja adakah?”. Erda terdiam, batinnya mana bisa kebohongan ditangkap. Siapa sebenarnya Aurelia ini. “Apakah kau tidak ingin mengakui kesalahanmu? Kau telah salah menghilangkan segalanya. Kawan – kawan baru ku, dengan segala alasan yang tiada jelas muaranya. Kau tidak benar” Erda naik pitam.

Odium dan Aemulor tersenyum bahagia, mereka puas melihat dua sahabat bersiteru. Aurelia hanya diam, tersenyum. “Sekali lagi kau tersenyum, dan tidak mengakui lebih baik kau pergi, bawa semua kawan – kawanmu termasuk dua di depan ku ini” Erda menegaskan. Aurelia hanya diam dan kembali tersenyum seperti biasanya, seketika kotak yang selalu Erda bawa kemana – mana menganga, ia membuat lubang hitam seperti yang sudah – sudah Aurelia dan dua kawannya masuk kedalam. Kini hanya tinggal Erda seorang di dalam kereta. “Kenapa ini?” Erda merenung.

Sesuatu yang halus, entah apa membisikinya, “Siapa lagi yang hendak kau cari, semua lenyap? Tak ada yang sempurna untuk dijadikan kawan perjalanan Erda, selalu ada baik dan buruk, gelap dan terang tentu perlu untuk membuat gradasi yang indah bukan?” Erda hanya tertegun diam.
Kotak itu serasa sangat dalam, semua orang masuk kedalamnya. Tak tersisa, kini hanya ia seorang hidup di luar kotak. Semua manusia masuk kedalam kotak Erda, semua beragam jenis tak ada yang seragam. Erda adalah bumi, tempat segalanya ada. Kotak Erda adalah kotak bumi, di dalamnya telah masuk kebahagiaan, kesengsaraan, rindu, cinta, kedengkian, kebencian, iri hati, keindahan, dan banyak lagi.

Semua bercampur baur menjadi satu. Kini Erda hidup di luar kotak, semua kehidupan beralih di dalam kotaknya, ia mengatur sendirian, tak bisa berbuat apa – apa, sesuka hati para penghuni kotak. Dikehidupan lain, Konon seorang bernama Reli bercerita kepada seorang anak kecil bernama Paul. “Jadi Paul, kita ini memang hidup di dalam kotak, pikiran kita memang tak sama, tak ada yang sama. Tapi karena kotak ini Paul, beberapa pemikiran kita harus dikotak – kotak an, disamaratakan, bahkan paling tragis jika pemikiran tak sama maka akan dilenyapkan dan dihilangkan.

Oh Paul, andai kau bisa melihat kehidupan di luar kotak, mungkin kau tak akan jadi anak kecil yang kehilangan cita – cita gila. Paul konon cerita diluar sana ada kehidupan yang teramat indah, dihuni oleh seorang saja, ia adalah sumber dari segala sumber, ia bisa menjadi air, menjadi hujan, menjadi daun, dan menjadi apapun yang ia mau, ia adalah penguasa kehidupan ini” ungkap Reli, seorang yang memiliki nama  panjang Aurelia kepada anak kecil hasil cintanya bersama seorang pengembara yang tak pernah kembali ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar